Selasa, 31 Juli 2007

Mawardi Sang Pencinta Bonsai
Berburu Bonsai Hingga Ke Hutan

Maulisa Borneo Tribune, Pontianak


“Merawat bonsai seperti merawat bayi,” itulah kata pertama yang meluncur dari mulut seorang bapak dari tiga orang anak ini.
Mawardi (48) hanya seorang pria tamatan Sekolah Dasar (SD). Namun kecintaannya terhadap bonsai bisa dikatakan dapat mengalahkan mereka yang pernah mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Walau begitu, keahliannya dalam membonsai tidak lantas membuat ia lupa diri.
“Untuk membuat bonsai tidak ada kaitannya dengan sekolah tinggi, yang penting memiliki perasaan suka, maka keahlian itu bisa mengalir dengan sendirinya,” kilah Mawardi kalem.
Siang itu Selasa (10/7) saya mengunjungi Mawardi di kediamannya jalan Danau Sentarum gang Wonosobo nomor 14 Pontianak. Sebuah rumah yang halaman depannya nya ia gunakan untuk meletakkan berbagai jenis koleksi bonsainya. Beberapa tanaman hias lainnya, ia letakkan di dekat rak bonsainya serta dibagian kiri dan kanan menuju pintu masuk rumahnya.
Hampir dua puluh enam tahun sudah Mawardi menekuni hobi membonsai tanaman. Bercengkrama dengan tanaman-tanaan mungil yang eksotik dan terkesan tua ini dilakukannya setelah menunaikan tugas sebagai seorang loper di koran Harian Borneo Tribune. “Kalau sudah merawat bonsai bisa lupa waktu,” kata Mawardi.
“Membentuk bonsai sama halnya dengan melukis, bedanya kalau pelukis pada umumnya melukis di atas kanvas sedangkan sedangkan pada tanaman seperti melukis yang tidak ada habis-habisnya, terus di pelihara,” ujar pria berkacamata ini.
Menurut Mawardi, awal ia mulai menyukai Bonsai tidak disengaja. Waktu itu ia sedang berbincang-bincang dengan seorang temannya tentang tanaman hias dan juga kebetulan memiliki tanaman yang di bonsai. “Awalnya saya waktu itu ngobrol-ngobrol dengan teman yang bekerja sebagai tukang kebun, kemudian dari obrolannya saya mulai tertarik,” kenang Mawardi.
Lewat program acara yang ditayangkan di TVRI tentang training membonsai tanaman juga tak luput dari perhatian Mawardi. tayangan itu menjadi sumber inspirasinya sehingga keinginannya untuk belajar membonsai tanaman semakin kuat. Merasa tidak puas karena tayangannya hanya seminggu sekali, maka Mawardi berinisiatif untuk menambah ilmunya melalui berbagai cara salah satunya dengan membaca. Bahkan ia tk segan, membeli buku yang waktu itu masih terbilang langka di Pontianak.
“Kalau dulu, toko buku di Pontianak masih sedikit, kalau pun ada buku-buku yang dijual tidak banyak, kebetulan saya punya teman yang sering bolak-balik Jakarta, jadi saya titip beli sama dia,” urai Mawardi.
Melalui sebuah buku dan juga bertanya dengan rekan-rekan yang juga menyukai bonsai akhirnya pelan-pelan Mawardi mempraktekkan. Seperti seseorang yang sedang berjalan, apa yang diharapkan tidak langsung berhasil. Namun tampaknya itulah yang harus diperlukan dari seorang pembonsai. “Kesabaran memang sangat diperlukan karena tanaman yang dibonsai tidak langsung jadi, bisa bertahun-tahun,” jelas Mawardi. Mawardi.
Menurut Mawardi tanaman yang berasal dari galian atau bongkahan, tanda-tanda bonsai pada tanaman baru bisa dilihat kira-kira satu tahun. Sedangkan tanaman yang berasal dari stek atau cangkok penampakan bahwa tanaman itu bisa dikatakan bonsai kira-kira berumur lima tahun.
Mawardi juga mengatakan bahwa suatu tanaman dapat dikatakan bonsai adalah tanaman yang batag dan cabangnya tinggi dan besarnya harus simetris. “Banyak anggapan kalau bonsai itu yang penting pendek, rimbun , batang besar maka disebut bonsai. Padahal belum tentu, ada tanaman yang tingginya hanya 5 cm, sudah bisa disebut bonsai yang penting tinggi, besar batang dan cabangnya simetris,” ulas Mawardi.
Selain itu Mawardi juga menambahkan, yang terpenting dari sebuah bonsai adalah kesan alaminya yang tidak boleh hilang. “Bonsai harus benar-benar tampak alami seoah-olah ia telah hidup beratus-ratus tahun yang lalu,” katanya.
Kata Mawardi, tanah yang seharusnya menutupi akar pada tanaman muda, maka pada usinya yang tua tanah itu seolah-olah mengalami erosi sehingga tanahnya luruh dan batangnya yang besar-besar kelihatan. “Akar dan batang yang besar itu kelihatan karena seolah-olah tanaman tersebut terjadi erosi, sehingga kesan tuanya namapak sekali,” ujar Mawardi sambil menatap bonsai kesayangannya.
Bonsai yang terdapat di dalam pot biasanya lebih tahan dari pada bonsai yang tumbuh di dalam tanah. “Bonsai yang terdapat di dalam pot bisa tahan sampai 350 tahun seperti orang Jepang bonsai itu bisa diturunkan secara turun temurun,” kata Mawardi.
Untuk satu tanaman bonsai Mawardi biasa menjualnya dengan harga 2-3 juta dan itu untuk yag baru akan jadi bonsai. Sedangkan untuk yang sudah jadi bisa mencapai puluhan juta rupiah. Seperti hari itu, Mawardi memamerkan bonsai kesayangannya. Rencananya ia akan mematok harga Rp 45.000.000. “Ini memang bonsai kesayangan saya, sebenarnya tidak mamu saya jual tetapi kalau ada yang mau saya tawarkan haraga 45 juta,” ujar Mawardi sambil tersenyum. “Untuk bonsai karena saya hobi laku-tidak laku bukan masaah, karena kalau sudah lihat bonsai tumbuh bagus, indah di pandang kalau memandangnya sudah bahagia,” sambungnya.
Rencananya bonsai yang hendak dipasarkan Mawardi saat ini berjumlah belasan tanaman. Tanaman itu berasal dari berbagai jenis tanaaman seperti anting putri, beringin korea, beringin koreo kuning dan lain-lain.
Dan untuk penjualan biasanya pembeli yang datang ke rumahnya. Namun kadang-kadang bila ia terdesak akan kebutuhan maka bonsai itu ia jajakan dan kalau sudah begitu ia tidak bisa memaksakan berapa harga yang akan ia jual kepada pembeli. “Kalau sudah terdesak kadang-kadang saya terpaksa menjualnya murah, biasanya tidak sampai 3 juta,” kata Mawardi.
Sedangkan untuk perawatan, menurut Mawardi bonsai perlu perhatian khusus seperti penyiraman yang dilakukan minimal sehari sekali. Untuk pupuk bisa diberikan 3 sampai 6 bula sekali. “Yang penting tanah di dalam pot harus bebas hama dan penyakit,” ujar Mawardi sambil menunjukkan bagian batang bonsainya.
Untuk menambah koleksi bonsai kadang-kadang Mawardi harus berburu ke hutan-hutan. “Saya biasa mencari bonsai ke sungai duri, sungai kakap, punggur, kuala dua pokoknya keliling-keliling,” ujar mawardi.
Untuk menambah keperluan sehari-hari, selain bekerja sebagai loper koran, Mawardi juga bekerja sebagai buruh bangunan. Dan untuk menambah usahanya sebuah bank swasta sedang memberinya bantuan berupa kredit. “Semoga saja usaha saya dibidang bonsai bisa berhasil, seperti rekan-rekan saya di Jawa selain hati senang juga bisa menghasilkan uang,” tukasnya.

Tidak ada komentar: